Bicara Tentang Iman (Bagian 1)


Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya dan meminta pertolongan, pengampunan, dan petunjuk-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan keburukan amal  kita. Barang siapa mendapat dari petunjuk Allah maka tidak akan ada yang menyesatkannya, dan barang siapa yang sesat maka tidak ada pemberi petunjuknya baginya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Ya Allah, semoga doa dan keselamatan tercurah pada Muhammad dan keluarganya, dan sahabat dan siapa saja yang mendapat petunjuk hingga hari kiamat.

Menghitung Nikmat Allah


Menghitung nikmat yang telah Allah berikan, tidak seperti menghitung angka dengan tangan, eh jangan tangan deh, komputer sekalipun sepertinya tak kan mampu deh. 

Dulu ketika penulis sedang duduk di bangku sekolah dasar, suatu ketika Sang Guru meminta kami para muridnya untuk menghitung satu nikmat Allah saja yang terbilang ringan. Apa itu?
Berkedip.  Sang Guru meminta kami para murid untuk menghitung setiap kedipan yang kami lakukan. Hasilnya apa? Seingatku, belum rampung sepuluh menit, kami tak sanggup menghitungnya. Dan lucunya itu baru nikmat berkedip. Belum yang lain.

Hadits tentang Iman

Hadits Pertama

Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu tentang kisah datangnya Jibril ‘alaihissalam menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam hadits tersebut Jibril bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

أَخْبِرْنِي عَنْ الْإِيمَانِ ؟ قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ

“Kabarkanlah kepadaku tentang iman!” Rasulullah menjawab, “Engkau beriman kepada Allah, kepada malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.”

Hadits ini menunjukkan bahwa iman adalah ajaran inti yang agung dan pondasi yang kuat. Dan ia memiliki enam unsur asasi: (1) iman kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala, (2) iman kepada malaikat-malaikat, (3) iman kepada kitab-kitab, (4) iman kepada rasul-rasul, (5) iman kepada hari akhir, dan (6) iman kepada takdir yang baik maupun takdir yang buruk. Penjelasan terperinci mengenai enam rukun iman ini dapat dijumpai di buku-buku permasalahan akidah.

Hadits ke Dua

hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma bahwasanya ada beberapa orang utusan dari bani Abdul Qois mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka berkata,

يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا لَا نَسْتَطِيعُ أَنْ نَأْتِيكَ إِلَّا فِي الشَّهْرِ الْحَرَامِ وَبَيْنَنَا وَبَيْنَكَ هَذَا الْحَيُّ مِنْ كُفَّارِ مُضَرَ فَمُرْنَا بِأَمْرٍ فَصْلٍ نُخْبِرْ بِهِ مَنْ وَرَاءَنَا وَنَدْخُلْ بِهِ الْجَنَّةَ ؟ فَأَمَرَهُمْ بِأَرْبَعٍ وَنَهَاهُمْ عَنْ أَرْبَعٍ ، أَمَرَهُمْ بِالْإِيمَانِ بِاللَّهِ وَحْدَهُ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْإِيمَانُ بِاللَّهِ وَحْدَهُ ؟ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ ، قَالَ شَهَادَةُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامُ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءُ الزَّكَاةِ وَصِيَامُ رَمَضَانَ وَأَنْ تُعْطُوا مِنْ الْمَغْنَمِ الْخُمُسَ

“Wahai Rasulullah, kami tidak bisa datang menemui Anda kecuali hanya di bulan haram. Karena antara tempat tinggal kami dan tempat tinggal Anda terdapat suatu perkampungan kafir dari bani Mudhar. Ajarkanlah kami amalan yang ringkas yang kami bisa ajarkan kepada orang-orang di kampung kami, dan kami bisa masuk surga karena mengamalkannya?” Maka Nabi memerintahkan mereka dengan empat perkara dan melarang mereka dari empat perkara. Beliau memerintahkan mereka agar beriman kepada Allah semata. Beliau bertanya, “Tahukah kalian apa itu beriman hanya kepada Allah?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Rasulullah menjelaskan, “(yaitu) Bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah dan Muhammad adalah rasulullah, menegakkan shalat, membayar zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan memberikan seperlima dari ghanimah.”

Dalam hadits ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menafsirkan keimanan dengan amalan yang tampak (bukan amalan hati). Sedangkan dalam hadits Jibril Nabi menafsirkan keimanan dengan keyakinan batin. Kedua hadits ini menunjukkan bahwa iman itu dibangun dari apa yang ada di hati berupa keimanan dan keyakinan yang benar dan juga dibangun dengan amalan-amalan anggota badan berupa ketaatan kepada Allah.

Yang paling utama dari keimanan adalah dua kalimat syahadat, kemudian menegakkan shalat, membayar zakat, berpuasa Ramadhan, dan haji ke Baitullah. Jadi shalat adalah bentuk keimanan, puasa adalah bentuk keimanan, membayar zakat adalah bentuk keimanan, dan haji adalah bentuk keimanan.

Habis lebaran banyak yang nyari penghulu.Postingannya kita cukup kan dahulu.


Mohon maaf atas kesalahannya. Wallohu'alam Bishoab 

Wassalamualaikum.

Related Posts

There is no other posts in this category.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel